Rabu, 26 Oktober 2011

LAWANG SEWU




       Jika pergi ke Semarang, apa yang paling awal terpikirkan dalam benak anda?, adalah Lawang Sewu jawabannya. Pastinya, semua setuju dengan pendapat itu. “Tua, megah, tegap, indah serta eksotis,” itulah gambaran orang-orang terhadap bangunan yang letaknya tepat di jantung kota. Akan tetapi, keindahan semua itu sedikit pudar dengan banyaknya segelintiran orang yang juga beranggapan bahwa tempat itu horror, angker atau apalah namanya yang berbau-bau mistis!.
Namun, semua itulah yang menjadi dorongan kami untuk bertandang ke tempat yang pernah dijadikan tempat adu nyali oleh salah satu stasiun televisi swasta sekaligus dalam melakukan tugas mencari informasi tentang tempat wisata bersejarah yang ada di Indonesia.Lawang Sewu tempatnya sangat strategis dan mudah ditemukan, karena berada disalah satu sisi persimpangan Tugu Muda. Gedung Lawang Sewu dibangun pada tahun 1903 dan selesai serta diresmikan pada tanggal 1 Juli 1907. Bangunan berlantai 2 ini dijadikan kantor pusat Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij atau dikenal NIS dan ada kabar, dulu bangunan ini sebagai tempat pengurusan administrasi dan kemiliteran yang ada di Semarang. Bagian depan bangunan bersejarah ini dihiasi oleh menara kembar model gothic dan membelah menjadi dua sayap, memanjang kebelakang yang mengesankan kokoh, besar dan indah. Gedung megah bergaya art deco yang bercirikan ekslusif yang berkembang pada era 1850-1940 di benua Eropa itu, menjadi salah satu karya dua arsitek ternama Belanda yaitu: Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag.
Menelusuri lebih dalam Lawang sewu
“Bagian dalam yang masih kokoh”
          Mengapa banyak orang menyebutnya Lawang Sewu, bahwa bangunan tersebut memiliki banyak pintu. Jika diartikan pintu dalam bahasa Jawa ‘Lawang’ sedangkan ‘Sewu’ itu seribu berarti “Pintu seribu”, entah siapa yang menamakan dan menghitung pintu-pintu itu!, yang jelas nama Lawang Sewu sudah melekat di setiap orang Indonesia sampai saat ini.
Kami pun mencoba melangkahkan kaki untuk masuk kedalam gedung. Dari pintu utama kami langsung dihadapkan sebuah tangga besar menuju lantai 2. Di bagian tangga terpasang sebuah kaca grafir yang menutupi jendela dengan ukiran yang indah . Memang, awal yang dirasakan saat memasuki bangunan ini agak sedikit berbeda, lorong-lorong yang minimnya pencahayaan membuat suasana agak sedikit mistis. Akan tetapi, semua itu disambut oleh keindahan pemandangan hiasan kaca-kaca patri yang penuh warna warni di puncak anak tangga. Dinding dan tiang-tiang yang masih kokoh melengkapi kemegahan struktur bangunan itu. Terpesona akan semua itu, kami melanjutkan menelusuri bagian ruangan yang lain. Memasuki bagian atas dan berdiri disalah satu balkonnya, terlihat kesibukan kendaraan-kendaraan dijalan raya serta disuguhi pemandangan taman kota di tengah bundaran jalan.
“Penjara Bawah Tanah”
Setelah puas menelusuri bagian atas, kami pun turun dan mengelilingi bagian dasar bangunan. Pintu-pintu tinggi yang berjajar dibagian sayap gedung, mengingatkan seperti apa kesibukan pada waktu itu. Adapula sebuah ruangan yang katanya berisi peninggalan jaman Belanda. Pintunya sangat kokoh sehingga belum berhasil dijebol hingga saat ini. Jadi ada kemungkinan di dalamnya masih banyak tersimpan uang dan harta benda lainnya. Benarkah demikian?
         Melihat seluruh kondisi fisik eksterior maupun interiornya meski kurang terawat, decak kagum pun ada dalam diri. Bangunan bersejarah Lawang Sewu tetap menyisakan keelokan arsitektur dimasa lalu.
Puas berkeliling dibagian dasar ruangan, kami pun ketempat dimana terdapat penjara bawah tanah. Cukup dengan uang Rp 5000,-/orang kami bisa melihat ruangan-ruangan yang dahulunya sebagai tempat penjara dan penyiksaan tahanan.
            Penjara yang dimaksud berlokasi dibawah tanah, mempunyai kedalam 3 meter dari permukaan. kami ditemani oleh pemandu untuk menelusuri lorong selebar kurang lebih 1,5 meter dengan ketinggian langit-langit 2 meter tanpa ada cahaya. Dengan bantuan senter besar kami memulai perjalanan, aroma yang sumpek serta genangan air mengawali penelelusuran ini, namun semua itu tidak menjadi kendala bagi kami, untuk mengetahui apa saja yang ada di sini (penjara). Dengan rasa sedikit takut, pemandu mulai menunjukan kamar-kamar disebelah kiri maupun kanan lorong. Dahulu disini adalah tempat penyiksaan bagi para tahanan oleh pihak Belanda dan Jepang.
Berikutnya, sampai pada ruangan yang berisi bak-bak beton yang tingginya mencapai 1 meter. Tempat ini juga digunakan untuk menyiksa para tahanan dengan dipaksa berjongkok dengan direndam air setinggi leher sementara bagian atasnya ditutup jeruji besi. Dengan cara penyiksaan itu ruangan ini diberi nama penjara jongkok. Sulit dibayangkan, seperti apa para pejuang kita di perlakukan seperti itu!.
Dalam penelusuran selanjutnya, kami ditunjukan sekat jejeran batu bata yang ukurannya 1x1 meter bentuknya seperti lemari. Sekat-sekat sempit inilah yang disebut penjara berdiri di tempat ini biasanya diisi 5 sampai 6 tahanan setelah disiksa dengan tertutup jeruji besi dan dibiarkan berdiri hingga mati lemas.
Ruangan terakhir yang kami jumpai adalah ruang eksekusi. Tampak satu meja terbuat dari baja tertanam dilantai. Disinilah para tahanan dieksekusi mati dengan di penggal kepalanya. Ruangan ini cukup membuat merinding, saat membayangkan kejadian kala itu, dimana para tahanan di eksekusi.
Tak terasa hampir 20 menit kami berjalan menelusuri lorong itu, dan akhirnya bisa menghirup udara segar kembali. Merupakan sebuah pengalaman bagi kami, semua perasaan tercampur aduk antara takut, tegang sekaligus menyenangkan. Tapi, sayangnya seluruh ruangan yang ada didalam tidak boleh di foto, entah kenapa?.
Sebenarnya masih ada lorong lain yang pada saat itu digunakan oleh para pejuang kemerdekaan untuk meloloskan diri dari kejaran musuh. Lorong itu menghubungkan antara Lawang Sewu, SMAN 3 Semarang dan SMAN 1 Semarang. Sayangnya lorong sudah ditutup dan tidak tahu keberadaanya. Belum lagi di temukannya kerangka-kerangka manusia disalah satu ruangan bawah tanah dengan jumlah yang sangat banyak, kemudian kisah pembantaian serta kekejaman perang yang pernah terjadi di Lawang Sewu.
Sebelumnya bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam) IV/Diponegoro dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Selain itu, pada masa perjuangan gedung ini juga memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang, di gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat pada tahun 1945 tepatnya tanggal 8 september, antara Angkatan Muda Kereta Api Indonesia yang berusaha merebut kembali bangunan ini dari tangan Kempetai dan Kido Butai Jepang. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Semarang dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Seperti itulah pesona Lawang Sewu, walaupun tidak semua bangunan tersebut terawat dan digunakan kembali, tapi setidak-tidaknya jejak sejarah bangsa kita masih sangat mudah ditemui di kota itu. Bangunan-bangunan tersebut mungkin beruntung karena berdiri di atas kota di mana pemerintahnya masih tetap menghargai keberadaannya. Sungguh mengagumkan, bangunan tua yang masih eksis hingga sekarang. Setelah apa yang kami alami sejak awal sampai akhir dalam perjalanan wisata bersejarah ini, sudah dapat disimpulkan bahwa Lawang Sewu adalah tempat wisata bersejarah di Indonesia yang begitu indah, megah dan penuh makna serta membuat jantung berdebar. Jika ada orang yang beranggapan bahwa Lawang Sewu Angker! .”percaya atau tidak”.., kembali pada diri mereka masing-masing. Akankah lebih menarik lagi jika anda langsung yang membuktikannya!
















Jamu Cap Potret Nyonya Meneer

      Jamu Cap Portret Nyonya Meneer atau PT Nyonya Meneer adalah perusahaan yang memproduksi jamu tradisional Jawa yang dipelopori oleh Nyonya Meneer. Ia menggunakan keahliannya mengobati berbagai penyakit dengan keahliannya meracik jamu tradional Jawa. Produknya ini kemudian dijual dan dipasarkan.
Pasarannya kini merambah pada pasar internasional, dan dipasarkan ke tiga benuam yaitu Asia, Eropa, dan Amerika dan ke 12 negara termasuk Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Singapur, Taiwan dan Cina .Perusahaannya sendiri kemudian berubah nama menjadi PT Nyonya Meneer

Sejarah perusahaan

Ibu Meneer (Lau Ping Nio) merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ia menikah dengan pria asal Surabaya, dan kemudian pindah ke Semarang. Pada masa pendudukan Belanda tahun 1900an, di masa-masa penuh keprihatinan dan sulit itu suaminya sakit keras dan berbagai upaya penyembuhan sia-sia. Ibu Meneer mencoba meramu jamu Jawa yang diajarkan orang tuanya dan suaminya sembuh. Sejak saat itu, Ibu Meneer lebih giat lagi meramu jamu Jawa untuk menolong keluarga, tetangga, kerabat maupun masyarakat sekitar yang membutuhkan. Ia mencantumkan nama dan potretnya pada kemasan jamu yang ia buat dengan maksud membina hubungan yang lebih akrab dengan masyarakat yang lebih luas. Berbekal perabotan dapur biasa, usaha keluarga ini terus memperluas penjualan ke kota-kota sekitar [4].
Pada tahun 1919 atas dorongan keluarga berdirilah Jamu Cap Potret Nyonya Meneer yang kemudian menjadi cikal bakal salah satu industri jamu terbesar di Indonesia. Selain mendirikan pabrik Ny Meneer juga membuka toko di Jalan Pedamaran 92, Semarang. Perusahaan keluarga ini terus berkembang dengan bantuan anak-anaknya yang mulai besar.
Pada tahun 1940 melalui bantuan putrinya, Nonnie, yang hijrah ke Jakarta, berdirilah cabang toko Nyonya Meneer, di Jalan Juanda, Pasar Baru, Jakarta.
Di tangan Ibu dan anak, Nyonya Meneer dan Hans Ramana perusahaan berkembang pesat.
Nyonya Meneer meninggal dunia tahun 1978, generasi kedua yaitu anaknya, Hans Ramana, yang juga mengelola bisnis bersama ibunya meninggal terlebih dahulu pada tahun 1976. Operasional perusahaan kemudian diteruskan oleh generasi ketiga yakni kelima cucu Nyonya Meneer.
Namun ke lima bersaudara ini kurang serasi dan perebutan kekuasaan menjadi sengketa berkelanjutan selama 1984-2000 dan sempat dibawa ke meja hijau. Begitu sengitnya pertikaian di tubuh PT Nyonya Meneer, Menaker Cosmas Batubara saat itu ikut turun tangan. Sebab, pertikaian antar keluarga sampai melibatkan ribuan pekerja perusahaan itu. Akhirnya saudara-saudara tersebut menjatuhkan pilihan untuk berpisah dan menjual bagian mereka kepada Charles Ong Saerang.
Media mencatat beberapa kali masalah-masalah pekerja dan pemogokan buruh terjadi pada tahun 2000 - 2001 di perusahaan jamu ini. Di antara lain: penuntutan pembayaran THR demonstrasi pemogokan, hak asasi manusia . Namun sejak perbaikan manajemen dibawah kepemimpinan Charles Saerang, tidak tercatat lagi masalah kepegawaian di perusahaan ini.
Kini perusahaan murni dimiliki dan dikendalikan salah satu cucu Nyonya Meneer yaitu Dr. Pabrik PT Nyonya Meneer berdiri di atas areal seluas 9.980 m2 dan dilengkapi laboratorium, sejak 1977. Kantornya sendiri berada di Jalan Raden Patah, Semarang. Di lantai dua bangunan utama pabrik itu, didirikan museum jamu.
Pada siaran persnya CIMB Bank Niaga yang melakukan Kerjasama Pembiayaan Distributor dengan Nyonya Meneer mencatat bahwa pasar dalam negeri dikuasai Jamu Nyonya Meneer dengan dukungan 2000 agen melalui 28,665 outlet yang tersebar di 19 propinsi. Sedangkan ekspor terus dilakukan untuk negara-negara tujuan, seperti Malaysia, Singapura, Belanda, Arab Saudi, Australia, Taiwan dan Amerika Serikat, dengan hasil ekspor yang mencapai Rp31 miliar pada tahun 2007. Nyonya Meneer pun merencanakan jamu sebagai metode pengobatan di institusi kesehatan dengan mendirikan Rumah Sakit yang khusus menggunakan jamu dan obat farmasi secara berdampingan.

Museum jamu

Pada tanggal 18 Januari 1984 didirikan Museum jamu Nyonya Meneer di Semarang dan menjadi museum jamu pertama di Indonesia. Museum ini didirikan dengan tujuan menjadi cagar budaya untuk pelestarian warisan leluhur dan menjadi sarana pendidikan dan rekreasi generasi muda.
Museum ini dibagi menjadi dua bagian dimana bagian pertama adalah pameran barang koleksi pribadi Nyonya Meneer, dan bagian kedua memamerkan produksi jamu secara tradisional

Produk

Pada tahun 2000, Nyonya Meneer membuat terobosan dengan mengeluarkan produk fitofarmaka bermerek Rheumaneer untuk mengobati penyakit rematik. Fitofarmaka adalah obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan dan lulus uji klinis. Di Indonesia hanya ada lima perusahaan yang mengeluarkan fitofarmaka, dan Nyonya Meneer satu-satunya perusahaan jamu sementara sisanya adalah perusahaan farmasi. Rheumaneer adalah jawaban Charles menanggapi dunia kedokteran terhadap khasiat jamu. Biaya untuk riset hingga menghasilkan produk menghabiskan 3 miliar rupiah dan memakan waktu delapan tahun, namun menjadi bukti bagaimana jamu dapat sejajar dengan obat-obatan kimia 
Produk PT Nyonya Meneer sebagian besar merupakan produk untuk kepentingan wanita (80 persen). Terdapat 254 merek meliputi 120 macam produk berbentuk pil, kapsul, serbuk, dan cairan dan terbagi dalam tiga jenis, untuk perawatan tubuh, kecantikan, dan penyembuhan. Produk ini meliputi minuman kesehatan temulawak, awet ayu, jamu habis bersalin, buste cream, amurat, dan rheumeneer yang sudah uji klinis ..
 
 








Rabu, 12 Oktober 2011

MULTIMEDIA

Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan. Selain dari dunia hiburan, Multimedia juga diadopsi oleh dunia game. Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas maupun secara sendiri-sendiri. Di dunia bisnis, multimedia digunakan sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.
Pada awalnya multimedia hanya mencakup media yang menjadi konsumsi indra penglihatan (gambar diam, teks, gambar gerak video, dan gambar gerak rekaan/animasi), dan konsumsi indra pendengaran (suara). Dalam perkembangannya multimedia mencakup juga kinetik (gerak) dan bau yang merupakan konsupsi indra penciuman. Multimedia mulai memasukkan unsur kinetik sejak diaplikasikan pada pertunjukan film 3 dimensi yang digabungkan dengan gerakan pada kursi tempat duduk penonton. Kinetik dan film 3 dimensi membangkitkan sense realistis.
Bau mulai menjadi bagian dari multimedia sejak ditemukan teknologi reproduksi bau melalui telekomunikasi. Dengan perangkat input pendeteksi bau, seorang operator dapat mengirimkan hasil digitizing bau tersebut melalui internet. Komputer penerima harus menyediakan perangkat output berupa mesin reproduksi bau. Mesin reproduksi bau ini mencampurkan berbagai jenis bahan bau yang setelah dicampur menghasilkan output berupa bau yang mirip dengan data yang dikirim dari internet. Dengan menganalogikan dengan printer, alat ini menjadikan feromon-feromor bau sebagai pengganti tinta. Output bukan berupa cetakan melainkan aroma.